Tangan
yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan
tubuh lain (seperti ingus, darah, dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat
tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada
orang lain yang secara tidak sadar dirinya sedang ditularkan)
PBB
telah mencanangkan tanggal 15 Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan dengan Sabun
Sedunia. Ada 20 negara di dunia yang akan berpartisipasi aktif dalam hal ini,
salah satu di antaranya adalah Indonesia.
Sabun untuk mencuci tangan
Mencuci
tangan saja adalah salah satu tindakan pencegahan yang menjadi perilaku sehat
dan baru dikenal pada akhir abad ke-19. Perilaku sehat dan pelayanan jasa
sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam angka kematian dari penyakit menular
yang terdapat pada negara-negara maju pada akhir abad ke-19 ini. Hal ini
dilakukan bersamaan dengan isolasi dan pemberlakuan teknik membuang kotoran
yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah yang mencukupi.
Mencuci
tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti kurang
efektif dalam membunuh kuman dibandingkan dengan mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan
sabun ketika mencuci tangan sebenarnya menyebabkan kita harus menggunakan
waktunya lebih banyak saat mencuci tangan, namun mencuci tangan yang lebih lama
menggunakan sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan
terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya melepasnya. Didalam lemak
dan kotoran yang menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah,
tangan menjadi harum setelah dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa
kasus, tangan yang menjadi wangilah yang membuat mencuci tangan dengan sabun
menjadi menarik untuk dilakukan.
Kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan dengan sabun
Ditempat
dimana mencuci tangan merupakan praktik umum yang dilakukan sehari-hari, dan
banyak terdapat sabun dan air bersih, terkadang orang tidak menyadari untuk
mencuci tangannya dengan sabun. Sebuah penelitian di Inggris mengungkapkan bahwa
hanya 50% orang yang benar-benar mencuci tangannya setelah membuang hajat
besar/ kecil. Penelitian lain di Amerika Serikat pada dokter disana terungkap
bahwa dokter banyak lupa mencuci tangannya setelah menangani pasien satu dan
berganti ke pasien lainnya dengan frekuensi yang cukup tinggi. Para staf
kesehatan sepenuhnya mengerti betapa pentingnya mencuci tangan dengan sabun,
namun hal ini tidak dilakukan karena alasan ketiadaan waktu, kertas untuk
pengeringnya kasar, penggunaan sikat yang menghabiskan waktu dan lokasi
wastafel yang jauh dimana tangan harus berkali-kali dicuci menggunakan sabun
dan dikeringkan sehingga merepotkan.
Pencucian
tangan khusus dalam lingkungan medis biasanya membutuhkan banyak sekali sabun
dan air untuk memperoleh busa dan saat telapak tangan digosok secara sistematis
dalam kurun waktu 15-20 detik dengan teknik mengunci antar tangan, setelah
tangan dikeringkan pun para tenaga medis tidak diperkenankan untuk mematikan
air atau membuka pegangan pintu, apabila hal ini mereka harus lakukan, tangan
harus dilidungi dengan kertas tissu atau handuk kering bersih.
Pada
lingkungan pemukiman yang padat dan kumuh, kebiasaan mencuci tangan dengan
sabun dengan benar dapat menurunkan separuh dari penderita diare. Penelitian
ini dilakukan di Karachi, Pakistan dengan intervensi pencegahan penyakit dengan
melakukan kampanye mencuci tangan dengan sabun secara benar yang intensif pada
komunitas secara langsung. Komunitas yang mendapatkan intervensi dan komunitas
pembanding yang mirip yang tidak mendapatkan intervensi menunjukkan bahwa
jumlah penderita diare berkurang separuhnya.
Keterkaitan
perilaku mencuci tangan dengan sabun dan penyakit diare, penelitian intervensi,
kontrol kasus, dan lintas sektor dilakukan menggunakan data elektronik dan data
yang terkumpul menunjukkan bahwa risiko relatif yang didapat dari tidak mencuci
tangan dari percobaan intervensi adalah 95 persen menderita diare, dan mencuci
tangan degan sabun dapat mengurangi risiko diare hingga 47 persen.
Jenis sabun untuk mencuci tangan
Segala
jenis sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan baik itu sabun mandi biasa,
sabun antiseptik, ataupun sabun cair. Namun sabun antiseptic / anti bakteri
seringkali dipromosikan lebih banyak pada publik. Hingga kini tidak ada
penelitian yang dapat membuktikan bahwa sabun antiseptik atau disinfektan
tertentu dapat membuat seseorang rentan pada organisme umum yang berada di
alam.
Perbedaan
antara sabun antiseptik dan sabun biasa adalah, sabun ini mengandung zat anti
bakteri umum seperti Triklosan yang memiliki daftar panjang akan resistensinya
terhadap organisme tertentu. Namun zat ini tidak resisten untuk organisme yang
tidak terdapat didaftar, sehingga mereka mungkin tidak seefektif apa yang
diiklankan.
Mencegah
penyakit
Mencuci
tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah
penyakit diare dan ISPA, yang keduanya menjadi penyebab utama kematian
anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak diseluruh dunia meninggal
sebelum mencapai usia lima tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci tangan
dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing yang tinggal di
dalam usus, SARS, dan flu burung.
Penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun diantaranya:
Diare
Penyakit
diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak balita.
Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci
tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh.
Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat
sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan
air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari
kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika
mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang
terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih
dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor. Tingkat kefektifan
mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen
menurut tipe inovasi pencegahan adalah: Mencuci tangan dengan sabun (44%),
penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%),
penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%)
Infeksi saluran pernapasan
adalah
penyebab kematian utama untuk anak-anak balita. Mencuci tangan dengan sabun
mengurangi angka infeksi saluran pernapasan ini dengan dua langkah: dengan
melepaskan patogen-patogen pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan
telapak tangan dan dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya
(terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga
gejala penyakit pernapasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa
praktik-praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti - mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan/ buang air besar/kecil - dapat mengurangi tingkat
infeksi hingga 25 persen.
Infeksi
cacing, infeksi mata dan penyakit kulit
Penelitian
juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan
penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit;
infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan
trichuriasis.